Baca Juga
NONTON ANIME DORORO EPISODE TERBARU
Review Anime Dororo - Bukan setiap hari anime membuatku benar-benar bergumam sendiri hanya dengan kekuatan betapa menakjubkannya itu, tetapi Dororo telah melakukannya beberapa kali musim ini. Saya mengharapkan reaksi umum untuk episode ini menjadi sedikit lebih bisu daripada yang terakhir, karena ini sedikit kurang mencolok dan dangkal "konvensional". Namun dengan caranya sendiri, setiap bit sama spektakulernya dengan tiga yang pertama (yang minggu lalu adalah yang terbaik, IMHO), terutama bagian akhirnya. Itu adalah puisi dengan urutan tertinggi, meskipun itu membuatku menggaruk kepalaku tentang satu hal.
Sifat dari seri ini - setidaknya sebagaimana ditata ulang oleh Furuhashi, Kobayasahi dan MAPPA - sangat sinematik dalam segala hal. Serial ini disutradarai seperti film teater pendek setiap minggu, dan itu semakin aksen berdasarkan sifat cerita, dengan masing-masing youkai mewakili bagian tubuh baru untuk Hyakkimaru. Narasi yang berdiri sendiri dipasangkan dengan sinematografi Furuhashi dan latar belakang yang subur berarti bahwa setiap episode terasa mandiri, dengan pengenalan, tubuh, dan kesimpulan yang dapat dikenali. Itu bisa berbahaya di tangan yang salah atau dengan bahan yang salah, yang mengarah ke perasaan terputus-putus untuk seri secara keseluruhan, tetapi itu tampaknya tidak berbahaya di sini. Mandiri atau tidak, setiap episode menyumbangkan sebagian dari teka-teki keseluruhan sama seperti setiap pembunuhan iblis membangun menuju penyelesaian Hyakkimaru.
DOWNLOAD FILM DORORO SUB INDO
Satu hal yang pasti - bahkan tanpa kehadiran youkai dan kutukan, periode Sengoku adalah waktu yang sangat mengerikan untuk berada di Jepang. Ketidakmanusiawian manusia terhadap manusia tampaknya tidak mengenal batas, peperangan tidak berkesudahan, dan “kehormatan” memaksa manusia untuk melakukan hal-hal yang tidak terhormat setiap hari. Tambahkan setan yang menggoda kita untuk menjadi lebih buruk dan Anda memiliki pemandangan Dororo yang berdarah dan menakutkan. Kali ini fokusnya adalah pada pedang terkutuk bernama Nihiru dan orang yang dikutuk dengan memegangnya, dengan mengorbankan jiwanya sendiri. Pria itu adalah Tanosuke (Takahashi Hiroki) yang menggunakan kapak algojo untuk daimyo yang penakut dan kejam yang meneror musuh dan sekutunya.
Seluruh tentang arsitek kastil yang baru saja selesai dieksekusi kalau-kalau dia harus ditangkap atau sebaliknya melawan tuan, mengungkapkan kelemahannya? Itu adalah suatu hal - diketahui terjadi pada kesempatan di Jepang dan Eropa dengan para bangsawan paranoid. Tanosuke jelas terkejut dengan gagasan pemenggalan pria itu (dan semua asistennya, tampaknya) tetapi daimyo tidak memberinya pilihan - atau lebih tepatnya, pilihannya adalah untuk melakukan tugasnya atau melakukan seppuku menggunakan pisau berkarat yang dilemparkan tuan kepadanya. Bilah itu adalah takdir Nihiru dan Tanosuke disegel begitu dia mengambilnya di tangannya dan mengambil darah. Ini adalah adegan yang sangat brutal, karena pedang itu berkarat dan tumpul - meskipun tuannya merujuk pada legenda bahwa ia tumbuh lebih tajam, semakin banyak darah manusia yang diminumnya.
Sementara itu Hyakkimaru dan Dororo bertemu dengan seorang wanita bernama Osushi (Inoue Marina) di sebuah kuil di hutan. Ketika Hyakkimaru berdiri terpaku dalam hujan yang turun terus-menerus sepanjang episode (Oshishi berspekulasi bahwa dia mendengarkannya, bahkan setelah Dororo mengatakan kepadanya bahwa dia tuli), Osushi mengatakan kepada Dororo bahwa dia sudah menunggu lima tahun untuk kakak lelakinya untuk kembali dari perang mana pun yang dia lakukan dikirim ke. Akhirnya Hyakkimaru lari, matanya tertarik pada garis merah pedang, dan ketika Dororo mengikutinya, ia tersandung sebuah pemandangan pembantaian yang mengerikan di jalan.
Ya, bahkan membacanya saya bisa melihat di mana ini terdengar lebih konvensional daripada apa yang datang sebelumnya, tetapi bagi saya jenius ada di dalam penceritaan. Sentuhan Furuhashi begitu ringan dan cekatan - ia membiarkan momen itu berbicara sendiri, dan tentu saja tidak ada salahnya bahwa visualnya sekali lagi luar biasa. Dororo terlibat langsung dalam berbagai acara di sini, mengambil pedang setelah Hyakkimaru memungkinkannya untuk menusuk kakinya dan membuangnya selama pertempuran dengan Tanosuke. Apakah Dororo sangat berkemauan keras atau Nihiru hanya membatasi diri pada satu tuan pada satu waktu, Dororo tidak pernah kehilangan kontrol mental bahkan ketika pedang mengendalikan gerakannya, mencari tuannya.
Sedangkan untuk saudara kandung Osushi dan Tanosuke, tragedi mereka sulit dikodekan sejak kami bertemu dengan mereka, tetapi itu masih sangat sulit. Fakta bahwa dia membuat satu lagi kertas derek sebelum dia pergi untuk memenuhi takdirnya menunjukkan bahwa sebagian Tanosuke masih berada di dalam dirinya, dan dia pergi ke nasib itu dengan sukarela. Dan senyum yang sekilas melintas di wajahnya ketika Hyakkimaru mengakhiri hidupnya (dan tetap di sana setelah itu) menunjukkan bahwa Tanosuke sangat ingin dibebaskan dengan cara apa pun yang memungkinkan. Melihat saudara perempuannya hanya memperkuat keinginannya untuk meninggalkan dunia secepat mungkin dan memungkinkannya untuk melanjutkan, daripada menunggu kehidupan bersama yang tidak pernah bisa terjadi.
Apa yang benar-benar membuat saya di sini adalah bahwa ketika telinga Hyakkimaru dipulihkan, hal pertama yang dia dengar (di atas hujan) adalah Osushi menangis sedih. Ada sesuatu yang tragis yang tak terkatakan dalam hal ini yang berbicara tentang sifat terkutuk dari keberadaannya sendiri (yang sekarang dicurigai ayahnya tidak berakhir ketika ia mengirim bidan pergi untuk membuangnya). Satu-satunya hal yang saya tidak mengerti adalah mengapa telinga Hyakkimaru dipulihkan ketika, setidaknya dengan penampilan, Nihiru (jelas itu adalah youkai yang dia cari - "visinya" membuktikan ini) tidak hancur - hanya ditidurkan oleh kematian Tanosuke (sunting: memang rusak yang tidak saya lihat pada tampilan awal). Mungkin itu sesuatu yang akan dijelaskan ketika Dororo menyempurnakan mitologinya. Yang benar-benar mulia adalah kita memiliki 26 episode untuk ditunggu-tunggu.